Carpe Diem - by:Martinus Leo Gunardi
Carpe diem, adalah sebuah frasa dalam bahasa Latin yang artinya adalah:
"Petiklah hari." (Horatius) Kalimat lengkapnya adalah: "carpe diem,
quam minimum credula postero" yang berarti: "petiklah hari dan
percayalah sedikit mungkin akan hari esok."
Maksud kata-kata
ini adalah orang dianjurkan untuk hidup memanfaatkan hari ini secara
lebih optimal tidak menunda sesuatu untuk hari esok, dengan begitu kita
lebih dapat memanfaatkan waktu yang diberikan secara optimal.
Kalimat ini sering disalahartikan sebagai "makan dan minumlah, karena esok kita mati".
CARPE DIEM
Saya menemukan sebuah kutipan dari Mark Twain tentang pentingnya
memegang kesempatan. Kutipan itu berbunyi, “Twenty years from now you
will be more disappointed by the things that you didn’t do than by the
ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe
harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.”
Iseng-iseng, saya menaruh kutipan ini di status Facebook saya. Tidak
disangka, teman saya sewaktu masih bekerja di MarkPlus memberi comment
yang singkat tapi cukup membuat saya penasaran untuk mencari tahu
artinya yaitu “Seize the day! Carpe Diem!” Karena penasaran, saya coba
cari di google arti dari frase terakhir.
Saya berhasil
menemukan terjemahan dari bahasa latin ini di Wikipedia. Carpe diem
adalah sebuah frase yang berasal dari puisi latin yang ditulis oleh
Horace yang bunyi lengkapnya adalah, “Carpe diem quam minimum credula
postero” yang artinya adalah ”seize the day and place no trust in
tomorrow”. Kutipan puisi ini mencoba untuk mengingatkan pentingnya untuk
menggunakan kesempatan hari ini karena kita tidak tahu apakah masih
punya kesempatan besok.
ALASAN-ALASAN PENUNDAAN
Penundaan
adalah salah satu kebiasaan buruk yang banyak diidap oleh banyak orang
(bahkan di Facebook, saya pernah menemukan grup “Procrastination” – dan
grup ini memiliki hampir 1000 anggota!). Kenapa kita suka menunda suatu
pekerjaan? Saya pernah baca sebuah buku yang saya pinjam di perpustakaan
gereja mengenai masalah penundaan ini. Sudah agak lama sejak saya
membacanya tapi kurang lebih saya masih ingat isi buku ini. Menurut buku
ini dan sumber lainnya, penundaan, pada intinya, dapat disebabkan oleh:
Pertama, adalah rasa malas. Karena tidak ada suatu batas waktu yang
mengikat, kita menunda melakukannya. Bisa juga karena kita harus
mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak kita sukai.
Kedua, takut
mengambil resiko seperti yang dikatakan dalam kutipan Mark Twain di
atas. Tidak jarang penundaan dikarenakan hal ini. Contohnya, seorang
pemuda yang menunda untuk “pdkt” dengan gadis incarannya karena takut
ditolak. Bisa ditebak, orang seperti ini akan terus jomblo untuk waktu
lama sementara si gadis jadi milik orang lain.
Ketiga,
orang-orang yang suka menunda memilki berpikir masih ada kesempatan di
esok hari. Alasan ini juga cukup banyak digunakan. Contohnya, adalah
dalam pelayanan. Banyak orang yang berpikir baru akan terlibat di dalam
pelayanan pada waktu sudah “mapan”. Akhirnya setelah mapan pun tetap
tidak bisa melayani karena sudah tua, tidak bertenaga, dan malahan
sakit-sakitan.
Pada waktu masa orientasi mahasiswa di kampus,
ada satu sesi mengenai time management. Sebagai seorang mahasiswa baru,
kami dirasa perlu untuk beradaptasi dengan kehidupan sebagai mahasiswa.
Salah satunya adalah dalam hal menggunakan “kebebasan” waktu yang kami
miliki. Kalau dulu di SMA, kami harus mengikuti segala jadwal yang ada,
sekarang kami lebih bebas mengatur waktu kami.
Dalam sesi ini,
dijelaskan pada intinya time management berbicara mengenai apa yang
penting dan apa yang mendesak. Apabila dijabarkan dalam suatu matriks,
akan diperoleh hubungan:
• Ada kegiatan yang penting dan mendesak.
• Ada kegiatan yang penting dan tidak mendesak.
• Ada kegiatan yang tidak penting dan mendesak.
• Ada kegiatan yang tidak penting dan tidak mendesak.
Yang terjadi adalah banyak dari kita yang suka menunda melakukan
“kegiatan yang penting dan tidak mendesak”. Apa contohnya? Contohnya
adalah olahraga. Kita semua tahu olah raga tuh bagus banget dan banyak
manfaatnya buat kesehatan kita, tapi kita suka menundanya sampai
akhirnya penyakit mulai berdatangan atau kita baru menyadari celana
jeans kita sudah tidak muat lagi. Contoh lainnya, adalah kebiasaan
mahasiswa (golongan deadliners..haha) untuk mengerjakan tugas atau
belajar untuk kuis atau ujian mendekati waktunya (menurut pengakuan
beberapa teman yang masuk dalam golongan ini, kondisi terdesak membantu
meningkatkan adrenalin mereka sehingga mampu menyerap pelajaran dengan
cepat – omong-omong saya tidak tahu dari mana teori ini dan tidak yakin
dengan keabsahan korelasi antara endorfin dengan kemampuan otak menyerap
pelajaran..hahaha)
Kita perlu mengenali apa alasan kita
menunda suatu pekerjaan? Apa karena ada pekerjaan lain yang lebih
penting untuk dilakukan? Atau karena kita malas melakukannya?
KERUGIAN DARI PENUNDAAN
Saya pernah baca kalau kita menunda suatu pekerjaan ada beberapa kerugian yang sebenarnya kita dapatkan, di antaranya adalah:
Pertama, pekerjaan yang ditunda akan menjadi beban pikiran kita.
Contohnya, saya mengusahakan untuk menyelesaikan tugas mengedit artikel
untuk Warta Sejati di Minggu pagi. Setelah artikel ini selesai, saya
dapat lebih tenang untuk melakukan aktivitas lainnya seperti pergi ke
perpus atau nge-gym tanpa ada perasaaan masih dihantui oleh ”utang” yang
harus saya lunaskan.
Kedua, teman saya pernah bilang kalau
pekerjaan yang ditunda itu akan ”berbunga”. Artinya, penundaan
mengerjakan suatu tugas seringkali menyebabkan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikannya menjadi lebih lama. Saya merasa sekali pada waktu
harus mengedit suatu tulisan, karena saya menunda menyelesaikan, saya
harus habiskan waktu lebih lama untuk mengecek dari awal tulisan karena
saya tidak ingat bagian-bagian mana yang sudah dicek.
Ketiga,
pekerjaan yang ditunda-tunda dapat menjadi penghalang kita untuk
mengerjakan pekerjaan lain atau bahkan mengambil kesempatan baik.
Contohnya, kita menunda menyelesaikan pekerjaan yang sebenarnya dapat
kita kerjakan di hari Jumat siang. Ternyata, pada Jumat sore, kita
mendapatkan undangan untuk menghadiri acara dari kolega kita. Akibatnya,
kita tidak dapat mengikuti acara tersebut karena harus lembur.
Keempat, penundaan membuat kita kehilangan ”momentum”. Saya pernah
membaca ternyata suatu ide bisnis yang brilian seringkali bukan suatu
hal yang sama sekali bari. Ide ini mungkin sudah banyak orang yang
memikirkannya, tapi hanya sedikit orang yang berani untuk benar-benar
mewujudkannya. Sisanya adalah orang yang menunda mengeksekusi ide ini
karena menunggu ”waktu baik”. Penulis Amsal berkata bahwa orang pemalas
punya alasan-alasan yang seringkali tidak masuk akal untuk menghentikan
penundaannya: ” Si pemalas berkata: ’Ada singa di luar, aku akan dibunuh
di tengah jalan.’” (Amsal 22:13).
TIPS MENGATASI PENUNDAAN
Saya ingin membagikan beberapa tips bagaimana caranya untuk mengurangi
kebiasaan menunda (yang masih saya belajar untuk terapkan juga..hehe).
Pertama, mengutip dari buku ”The 7 Habits of Highly Effective People”
nya Stephen R Covey yaitu Put First Things First , sempatkan untuk
membuat rencana harian mengenai apa-apa yang harus anda lakukan. Dari
daftar ini, urutkan pekerjaan yang harus dilakukan berdasarkan skala
prioritasnya. Biasanya orang lebih suka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan
yang mudah walaupun bukan suatu yang penting dan mendesak. Biasanya
dikarenakan untuk mendapatkan rasa pencapaian karena sudah mengerjakan
banyak pekerjaan. Ubah kebiasaan ini, lakukan apa yang benar-benar
penting. Jangan sampai kita kehabisan waktu untuk mengerjakan apa yang
benar-benar penting.
Kedua, tetapkan batas waktu atau deadline.
Yang sulit adalah kalau pekerjaan yang kita tunda adalah pekerjaan yang
tidak perlu kita pertanggungjawabkan kepada orang lain. Biasanya kita
akan lebih toleran terhadap diri kita. Contohnya ya untuk disiplin
berolahraga. Kalau kita bolos untuk nge-gym, tidak akan ada yang
memarahi kita karena pertanggungjawabannya adalah ke diri kita sendiri.
Saya baru baca di Men’s Health terbaru, di situ ada artikel mengenai
tips-tips untuk tetap termotivasi pergi ke gym. Salah satu ide yang saya
suka adalah ide untuk ”menantang” orang lain. Misalkan, kita menantang
teman kita untuk menurunkan berat badan dan yang kalah harus mentraktir
yang menang. Dengan cara ini, kita akan lebih termotivasi dan secara
otomatis akan mengurangi penundaan.
Cara lainnya adalah
dengan memberitahukan deadline anda kepada orang lain. Misalnya, setiap
minggunya, saya akan membuat minimal satu tulisan. Akan lebih baik kalau
orang yang anda beri tahu adalah orang yang anda ”takuti” atau
”orang-yang-akan-membuat-anda-merasa-malu-apabila-tidak-berhasil-menepati-janji-anda”
Ketiga, sadari tidak pernah ada ”waktu ideal” dan jangan takut gagal,
berani untuk ambil resiko. C.S Lewis penulis The Chronicles of Narnia,
pernah mendapatkan kritikan untuk buku pertamanya dari J.R Tolkien,
penulis buku The Lord of The Ring. Tapi, kita bisa lihat C.S Lewis tidak
mundur dan tetap menulis sehingga lahirlah 6 buku lainnya.
Kenichi Ohmae, seorang ahli corporate strategy terkemuka, pernah
mengatakan, ”…sometimes it’s better to do something that’s almost right
rather than wait for the perfect solution and miss the strategic
opportunity”. Jadi, moral of the story dari poin ini adalah jangan
menunda melakukan sesuatu karena terlalu takut gagal. Tentu saja,
sebelum terjun ke sebuah kolam, harus diukur terlebih dahulu airnya,
tapi jangan kelamaan!
So, semoga tips-tips di atas bisa
membantu untuk mengatasi penundaan. Jangan sampai ada suatu penyesalan
karena kita terus menunda melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.
Saya sendiri masih belajar terus untuk mengatasi penundaan dan menjadi
orang yang lebih efektif lagi…hehe
Yang jelas terakhir saya
denger kata carpe diem ini waktu nonton film “Pirates of Sillicon
Valley”. Kata ini diucapkan oleh Steve Jobs (Apple’s founding father) di
depan ratusan karyawannya waktu pertama kali melaunch produk Macintosh
untuk pertama kalinya.
You see, dalam hidup ini kita punya tiga
macam hari : hari kemarin, hari ini, dan hari esok. Hari kemarin adalah
hari yang sudah terjadi dan tidak bisa kita ubah lagi. Hari kemarin
‘hanya’ bisa kita jadikan sebagai pelajaran dan ambil hikmahnya, tetapi
kita tidak bisa lagi melakukan sesuatu untuk mengubahnya. Hari esok
adalah hari yang belum terjadi. Seringkali kita terlalu banyak
menghabiskan energi dan waktu untuk mengkhawatirkan sesuatu yang belum
terjadi, seringkali kita terlalu pesimistis dan takut ketika memikirkan
hari esok. Mahatma Gandhi pernah bilang : “The future depends on what we
do in the present.” That means kita bisa menentukan sendiri bagaimana
masa depan kita, kita sendiri yang menentukan akan jadi seperti apa hari
esok kita. You are never given a wish without being given the power to
make it come true!! So...Carpe diem!!!.... Rebutlah hari ini!!!...
Dengan merebut hari ini, berarti kita telah merebut hari esok kita.
Dengan berbuat sesuatu yang positif dan produktif hari ini, berarti kita
telah menciptakan masa depan yang cerah untuk kita. Kita sendirilah
yang menentukan takdir kita, bukan takdir yang mengendalikan kita. Hari
ini harus lebih baik dari hari kemarin ;)